Minggu, 05 Juli 2009

Karena Nila Setitik Rusak Susu Sebelanga

Menurut saya, ini adalah sebuah peribahasa yang baik yang kita punya. Entah siapa yang membuat peribahasa ini dan ada latar belakang apa, dan apa maksudnya tetap menjadi sebuah pertanyaan. Saya setuju sama peribahasa ini. Coba kita lihat kerjaan seorang insinyur lulusan teknik sipil, apabila ia membuat sebuah jembatan layang, ia harus memperhitungkan setiap detilnya sehingga jembatan tersebut tidak ambrol dan hanya tahan untuk sesaat. Begitu juga dengan kita saat mengerjakan soal matematika, kalau kita salah ngitung di awal, pasti hasilnya akan beda kan? Nah, ketika saya berpikir mengenai hal ini, terlintas sebuah pemikiran yang liar tapi menurut saya adalah luar biasa. Sebuah pemikiran tentang kehidupan. Saya berpikir apabila saya sudah berbuat baik sepanjang hidup saya dan akhirnya saya mati, tetapi sebelum saya mati, saya melakukan dosa, misalnya saya menghina keluarga saya karena mereka tak becus mengurus saya saat saya sakit, apakah hal ini bisa dikategorikan sebagai peribahasa "Karena Nila Setitik Rusak Susu Sebelanga". Saya berpikir lagi, kalau seperti itu jadinya, siapa yang akan hidup bahagia dunia dan akherat? Sungguh miris peribahasa ini.Jadi apakah yang kita paling dambakan di dunia ini? Bila masih berpikir hidup bahagia di dunia dan akherat berarti kita harus menambal dosa kita kan, namun tak mungkin kita menambalnya hanya dengan kebaikan kita yang lain karena sudah terbukti bila nila setitik membuat rusak susu sebelanga. Jadi gimana ya caranya ?

Kamis, 20 November 2008

realizing that my life become shorter

ketika hari mulai dihiasi dengan pemandangan matahari terbenam, saya mulai berpikir sama tentang hidup yaitu ada suatu awal dan tentu ada suatu akhir tetapi ada satu hal yang saya ingin wujudkan yaitu hidup saya bisa berakhir dengan suatu pemandangan yang indah, yang ditunggu oleh para turis layaknya sunset di sore hari.

akhirnya saya mulai menyadari betapa waktu hidup saya sangat singkat, inilah sebuah kesempatan yang sudah diberikan Pencipta buat saya, sebuah waktu hidup yang sangat berharga. alangkah indahnya hidup ini, dimana kita bisa berbagi berbagai hal bersama dengan sesama kita. sungguh betapa sebuah kesempatan yang begitu indah.

ketika membayangkan tentang eloknya, indahnya, serta cantiknya hidup ini, maka saya baru mulai mensyukurinya. mungkin terlambat, tapi tak ada kata terlambat bukan? maka di waktu yang singkat ini, saya berkomitmen untuk boleh menjadi ciptaan yang senatiasa kenal, dekat dengan Penciptanya.

dalam detik-detik menjelang ulang tahun saya yang ke-18, saya berpikir, saya menyadari betapa hidup saya sudah terbuang percuma di waktu yang lalu, karena itu saat ini adalah waktunya bagi saya untuk menebus waktu yang telah saya buang dengan percuma.