Minggu, 05 Juli 2009

Karena Nila Setitik Rusak Susu Sebelanga

Menurut saya, ini adalah sebuah peribahasa yang baik yang kita punya. Entah siapa yang membuat peribahasa ini dan ada latar belakang apa, dan apa maksudnya tetap menjadi sebuah pertanyaan. Saya setuju sama peribahasa ini. Coba kita lihat kerjaan seorang insinyur lulusan teknik sipil, apabila ia membuat sebuah jembatan layang, ia harus memperhitungkan setiap detilnya sehingga jembatan tersebut tidak ambrol dan hanya tahan untuk sesaat. Begitu juga dengan kita saat mengerjakan soal matematika, kalau kita salah ngitung di awal, pasti hasilnya akan beda kan? Nah, ketika saya berpikir mengenai hal ini, terlintas sebuah pemikiran yang liar tapi menurut saya adalah luar biasa. Sebuah pemikiran tentang kehidupan. Saya berpikir apabila saya sudah berbuat baik sepanjang hidup saya dan akhirnya saya mati, tetapi sebelum saya mati, saya melakukan dosa, misalnya saya menghina keluarga saya karena mereka tak becus mengurus saya saat saya sakit, apakah hal ini bisa dikategorikan sebagai peribahasa "Karena Nila Setitik Rusak Susu Sebelanga". Saya berpikir lagi, kalau seperti itu jadinya, siapa yang akan hidup bahagia dunia dan akherat? Sungguh miris peribahasa ini.Jadi apakah yang kita paling dambakan di dunia ini? Bila masih berpikir hidup bahagia di dunia dan akherat berarti kita harus menambal dosa kita kan, namun tak mungkin kita menambalnya hanya dengan kebaikan kita yang lain karena sudah terbukti bila nila setitik membuat rusak susu sebelanga. Jadi gimana ya caranya ?

Tidak ada komentar: